Blog Khusus Doa - Pada kesempatan ini kami akan membuatkan kisah suami istri yang sangat menyentuh hati. Tidak hanya menyentuh hati saja, tetapi kisah islami suami istri ini juga diawetkan dalam Al-Qur'an. Sungguh satu dongeng konkret yang sangat menyentuh hati dan jiwa bagi siapa saja yang membacanya dan tentunya patut untuk kita teladani dari dongeng suami istri diberikut ini.
Seperti dilansir dari laman republika.co.id (15/11/2017), ada sebuah dongeng suami istri yang sangat menyentuh jiwa dan sangat susah dipercaya bagi banyak orang yang menjadi korban materialisme sampai menguasai seluruh dimensi kehidupannya. Kisah ini disinggung dalam surah Al-Insan. Para musafir umumnya setuju bahwa ayat-ayat tersebut turun berkaitan dengan Amirulmukminin Ali bin Abi Thalib dan istrinya, Fatimah az-Zhara.
Allah SWT berfirman:
Dikisahkan dari Ensiklopedia Alquran, bahwa ketika masih kecil, Al-Hasan dan Al-Husain, kedua putra Imam Ali bin Abi Thalib jatuh sakit. Tatkala penyakit keduanya semakin parah, Imam Ali dan Sayyidah Fathimah bernazar; apabila kedua putranya sembuh, mereka akan berpuasa selama tiga hari.
Meskipun mempunyai kedudukan istimewa dalam Islam, pasangan suami istri ini, hidup serba kekurangan. Suatu hari, Imam Ali mendatangi rumah seorang Yahudi untuk meminjam tiga sha’ gandum. Orang Yahudi itu berkata, “Aku akan memdiberikan apa yang kau inginkan dengan syarat kau memintal wol ini.”
Imam Ali yang kebetulan arif memintal wol, mendapatkan syarat itu. Lalu dia membawa gandum tersebut dan memdiberikannya kepada Sayyidah Fathimah. Kemudian Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyanyang memdiberikan kesembuhan kepada kedua putranya. Imam Ali dan Sayyidah Fathimah pun karenanya menepati nazarnya berpuasa selama tiga hari.
Pada hari pertama, Sayyidah Fathimah menggiling satu sha’ gandum untuk menciptakan roti. Sembari menunggu ketika berbuka, mereka meletakkan beberapa potong roti beserta garam dan cuka di hadapannya. Saat terdengar bunyi Bilal bin Rabah mengumandangkan azan shalat Maghrib, tiba-tiba pintu rumah mereka diketuk seseorang. Imam Ali membukanya dan menjumpai seorang lelaki bau tanah miskin meminta sedekah.
Lelaki itu berkata, “Aku dan istriku sangat kelaparan dan kesakitan”. Mendengar perkataan lelaki bau tanah miskin itu, Sayyidah Fathimah merasa iba sehingga tanpa terasa kedua matanya meneteskan air mata. Suami istri itu segera memdiberikan roti mereka kepada lelaki bau tanah tersebut. Ia berterima kasih dan mendoakan mereka berdua.
Mereka melaksanakan tiruana itu bukan untuk mengharap ucapan terima kasih, namun semata-mata mencari keridhaan Allah SWT. Maka, pada hari itu mereka berbuka hanya dengan air putih. Setelah berbuka, mereka menunaikan shalat Maghrib dan bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat-Nya.
Pada hari diberikutnya, mereka menggiling satu sha’ gandum dan mengolahnya menjadi roti. Menjelang Maghrib, seorang anak yatim tiba ke rumah mereka meminta masakan untuknya dan saudara-saudaranya yang masih kecil. Imam Ali dan Sayyidah Fathimah pun memdiberikan masakan yang ada. Pada hari kedua ini, mereka kembali berbuka hanya dengan air putih.
Untuk mekompliti nazarnya, mereka berpuasa pada hari ketiga. Tiba-tiba seorang tawanan mengetuk pintu rumahnya meminta sedekah. Mereka pun melaksanakan hal yang sama dengan dua hari sebelumnya. Tentu saja, mereka menjadi lemah alasannya yakni sangat lapar.
Pada hari keempat, mereka berkunjung ke rumah Rasulullah SAW. Melihat kondisi mereka (Ali, Fathimah, Al-Hasan, dan Al-Husain) sangat lemah, Nabi SAW menangis. Saat itulah Malaikat Jibril menurunkan surah Al-Insan.
Meskipun diturunkan berkenaan dengan Imam Ali dan Sayyidah Fathimah, ayat-ayat tersebut ditujukan kepada tiruana kaum diberiman biar meneladani mereka. Sifat tamak terhadap bahan duniawi yakni penyakit setan. Semoga Allah SWT melindungi kaum diberiman dari setan, sesungghnya Dia Maha Mendengar lagi Mengabulkan.
Itulah kisah suami istri yang sangat menyentuh hati dan jiwa kita tiruana. Semoga berkhasiat.
Seperti dilansir dari laman republika.co.id (15/11/2017), ada sebuah dongeng suami istri yang sangat menyentuh jiwa dan sangat susah dipercaya bagi banyak orang yang menjadi korban materialisme sampai menguasai seluruh dimensi kehidupannya. Kisah ini disinggung dalam surah Al-Insan. Para musafir umumnya setuju bahwa ayat-ayat tersebut turun berkaitan dengan Amirulmukminin Ali bin Abi Thalib dan istrinya, Fatimah az-Zhara.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ الأبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا (٥)عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا (٦)يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا (٧)وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (٨)إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلا شُكُورًا (٩)إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا (١٠)
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (diberisi minuman ) yang campurannya yakni air kafur yaitu mata air (dalam nirwana ) yang dari padanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka sanggup mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memdiberikan masakan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memdiberi masakan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki jawaban dari kau dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan(azab ) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesusahan.” (QS. Al-Insaan : 5-10)
Dikisahkan dari Ensiklopedia Alquran, bahwa ketika masih kecil, Al-Hasan dan Al-Husain, kedua putra Imam Ali bin Abi Thalib jatuh sakit. Tatkala penyakit keduanya semakin parah, Imam Ali dan Sayyidah Fathimah bernazar; apabila kedua putranya sembuh, mereka akan berpuasa selama tiga hari.
Meskipun mempunyai kedudukan istimewa dalam Islam, pasangan suami istri ini, hidup serba kekurangan. Suatu hari, Imam Ali mendatangi rumah seorang Yahudi untuk meminjam tiga sha’ gandum. Orang Yahudi itu berkata, “Aku akan memdiberikan apa yang kau inginkan dengan syarat kau memintal wol ini.”
Imam Ali yang kebetulan arif memintal wol, mendapatkan syarat itu. Lalu dia membawa gandum tersebut dan memdiberikannya kepada Sayyidah Fathimah. Kemudian Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyanyang memdiberikan kesembuhan kepada kedua putranya. Imam Ali dan Sayyidah Fathimah pun karenanya menepati nazarnya berpuasa selama tiga hari.
Pada hari pertama, Sayyidah Fathimah menggiling satu sha’ gandum untuk menciptakan roti. Sembari menunggu ketika berbuka, mereka meletakkan beberapa potong roti beserta garam dan cuka di hadapannya. Saat terdengar bunyi Bilal bin Rabah mengumandangkan azan shalat Maghrib, tiba-tiba pintu rumah mereka diketuk seseorang. Imam Ali membukanya dan menjumpai seorang lelaki bau tanah miskin meminta sedekah.
Lelaki itu berkata, “Aku dan istriku sangat kelaparan dan kesakitan”. Mendengar perkataan lelaki bau tanah miskin itu, Sayyidah Fathimah merasa iba sehingga tanpa terasa kedua matanya meneteskan air mata. Suami istri itu segera memdiberikan roti mereka kepada lelaki bau tanah tersebut. Ia berterima kasih dan mendoakan mereka berdua.
Mereka melaksanakan tiruana itu bukan untuk mengharap ucapan terima kasih, namun semata-mata mencari keridhaan Allah SWT. Maka, pada hari itu mereka berbuka hanya dengan air putih. Setelah berbuka, mereka menunaikan shalat Maghrib dan bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat-Nya.
Pada hari diberikutnya, mereka menggiling satu sha’ gandum dan mengolahnya menjadi roti. Menjelang Maghrib, seorang anak yatim tiba ke rumah mereka meminta masakan untuknya dan saudara-saudaranya yang masih kecil. Imam Ali dan Sayyidah Fathimah pun memdiberikan masakan yang ada. Pada hari kedua ini, mereka kembali berbuka hanya dengan air putih.
Untuk mekompliti nazarnya, mereka berpuasa pada hari ketiga. Tiba-tiba seorang tawanan mengetuk pintu rumahnya meminta sedekah. Mereka pun melaksanakan hal yang sama dengan dua hari sebelumnya. Tentu saja, mereka menjadi lemah alasannya yakni sangat lapar.
Pada hari keempat, mereka berkunjung ke rumah Rasulullah SAW. Melihat kondisi mereka (Ali, Fathimah, Al-Hasan, dan Al-Husain) sangat lemah, Nabi SAW menangis. Saat itulah Malaikat Jibril menurunkan surah Al-Insan.
Meskipun diturunkan berkenaan dengan Imam Ali dan Sayyidah Fathimah, ayat-ayat tersebut ditujukan kepada tiruana kaum diberiman biar meneladani mereka. Sifat tamak terhadap bahan duniawi yakni penyakit setan. Semoga Allah SWT melindungi kaum diberiman dari setan, sesungghnya Dia Maha Mendengar lagi Mengabulkan.
Itulah kisah suami istri yang sangat menyentuh hati dan jiwa kita tiruana. Semoga berkhasiat.
Advertisement