Blog Khusus Doa - Setiap insan tentu menginginkan di tamat hayatnya atau kadab meninggal dunia dalam keadaan khusnul khotimah. Karena dengan khusnul khotimah, Insya Allah orang tersebut akan mendapat syurga di alam alam abadi nanti. Amin.
Mungkin kita tidak akan pernah tahu bagaimana nanti kadab kita meninggal, apakah khusnul khotimah atau sebaliknya. Namun sebagai insan kita selalu berusaha biar supaya diakhir khayat nanti kita tiruana khusnul khotimah, dengan berbuat bagi dikeseharian kita, bertaqwa kepada Allah SWT serta selalu memohon dan berdoa biar ditutup usia nanti dalam keadaan baik atau khusnul khotimah.
(Pelajari juga: Bacaan Doa Khusnul Khotimah, Doa Agar Ditutup Usia dalam Kebaikan)
Sebagaimana kami kutip dari laman Islam Pos, sebetulnya dalam kitab Ahkamul Jana'iz, setidaknya kita sanggup menemui gejala orang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Beberapa diantaranya ialah sebagai memberikankut:
Nah, bila kita menemui gejala di atas, semoga orang yang meninggal tersebut benar-benar dalam keadaan khusnul khotimah, dan semoga kita tiruana nanti di tamat khayatnya dalam keadaan baik. Amin.
Mungkin kita tidak akan pernah tahu bagaimana nanti kadab kita meninggal, apakah khusnul khotimah atau sebaliknya. Namun sebagai insan kita selalu berusaha biar supaya diakhir khayat nanti kita tiruana khusnul khotimah, dengan berbuat bagi dikeseharian kita, bertaqwa kepada Allah SWT serta selalu memohon dan berdoa biar ditutup usia nanti dalam keadaan baik atau khusnul khotimah.
(Pelajari juga: Bacaan Doa Khusnul Khotimah, Doa Agar Ditutup Usia dalam Kebaikan)
Sebagaimana kami kutip dari laman Islam Pos, sebetulnya dalam kitab Ahkamul Jana'iz, setidaknya kita sanggup menemui gejala orang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Beberapa diantaranya ialah sebagai memberikankut:
- Mengucapkan syahadat menjelang wafat
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Siapa yang tamat ucapannya ialah kalimat ‘La ilaaha illallah’ ia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud 3118)
- Meninggal dengan keringat di dahi
Suatu kadab, Buraidah bin Hashib radhiyallahu ‘anhu tiba ke Khurasan, menjenguk saudaranya yang sedang sakit. Ternyata saudaranya dalam kondisi sakaratul maut. Kadab wafat, ada keringat di dahinya. Buraidah pribadi bertakbir.
“Allahu Akbar! Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Meninggalnya seorang mukmin dengan keringat di dahi.” (HR. Ahmad 22964, Nasai 1839 dan yang lainnya)
- Meninggal pada malam atau siang hari Jum’at
Dalam hadis dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila ada seorang muslim yang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at, maka Allah akan menjaganya dari pertanyaan kubur.” (HR. Ahmad 6582, Turmudzi 1095, dan yang lainnya)
Pelajari juga: (Keutamaan Meninggal Dunia di Hari Jum'at bagi Orang Muslim)
- Syahid di medan perang
Allah Ta’ala berfirman,
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Artinya :
“Janganlah kau mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati bahkan mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan mendapat rizki.” (QS. Ali Imran: 169)
Dalam hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan banyak keutamaan orang yang mati di medan jihad. Dari Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bagi orang syahid di sisi Allah ia beroleh enam perkara, yaitu diampuni dosanya pada awal mengalirnya darahnya, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dilindungi dari adzab kubur, kondusif dari kengerian yang besar (hari kiamat), dipakaikan komplemen iman, dinikahkan dengan hurun ‘in (bidadari surga), dan diperkenankan memmemberikan syafaat kepada tujuh puluh orang dari kalangan kerabatnya.” (HR. Turmudzi 1764, Ibnu Majah 2905, dan yang lainnya)
Dalam hadis lain, ada seorang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Ya Rasulullah, kenapa kaum mukminin mendapat ditanya dalam kubur mereka kecuali orang yang mati syahid?”
Jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai ujian kesabaran baginya.” (HR. Nasai 2065 dan dishahihkan al-Albani)
- Meninggal sesudah bersabar dengan ujian yang Allah memberikankan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Siapakah syahid berdasarkan kalian?”
‘Orang yang mati di jalan Allah, itulah syahid.’ Jawab para sobat serempak.
“Berarti orang yang mati syahid di kalangan umatku hanya sedikit.” Lanjut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
‘Lalu siapa saja mereka, wahai Rasulullah?’ tanya sahabat.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan daftar orang yang bergelar syahid,
“Siapa yang terbunuh di jalan Allah, ia syahid. Siapa yang mati (tanpa dibunuh) di jalan Allah ia syahid, siapa yang mati alasannya ialah wabah penyakit Tha’un, ia syahid. Siapa yang mati alasannya ialah sakit perut, ia syahid. Siapa yang mati alasannya ialah tenggelam, ia syahid.” (HR. Muslim 1915).
Dalam hadis lain, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang terbunuh alasannya ialah membela hartanya maka ia syahid.” (HR. Bukhari 2480).
Dalam hadis lain dari Jabir bin Atik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Selain yang terbunuh di jalan Allah, mati syahid ada tujuh: mati alasannya ialah tha’un syahid, mati alasannya ialah karam syahid, mati alasannya ialah sakit tulang rusuk syahid, mati alasannya ialah sakit perut syahid, mati alasannya ialah terbakar syahid, mati alasannya ialah tertimpa benda keras syahid, perempuan yang mati alasannya ialah melahirkan syahid.” (HR. Abu Daud 3111 dan dishahihkan Al-Albani).
Kadab mejelaskan hadis daftar orang yang mati syahid selain di medan jihad, Al-Hafidz Al-Aini mengatakan,
“Mereka mendapat gelar syahid secara status, bukan hakiki. Dan ini karunia Allah untuk umat ini, dimana Dia mengakibatkan peristiwa alam yang mereka alami (kadab mati) sebagai pemkebersihan atas dosa-dosa mereka, dan ditambah dengan pahala yang besar, sehingga mengantarkan mereka mencapai derajat dan tingkatan para syuhada hakiki. Karena itu, mereka tetap dimandikan, dan ditangani sebagaimana umumnya mayat kaum muslimin.” (Umdatul Qari Syarh Shahih Bukhari, 14/128).
- Meninggal dalam keadaan berjaga (ribath) fi sabilillah (di tempat perbatasan negeri muslim dan kafir).
Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu menyebutkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Berjaga-jaga (di jalan Allah) sehari dan semalam ludang keringh baik daripada puasa sebulan dan shalat sebulan. Bila ia meninggal, amalnya yang biasa ia lakukan kadab masih hidup terus dianggap berlangsung dan dimemberikankan rizkinya serta kondusif dari fitnah (pertanyaan kubur).” (HR. Muslim 5047)
- Meninggal dalam keadaan berinfak shalih.
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang mengucapkan La ilaaha illallah alasannya ialah mengharapkan wajah Allah yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. Siapa yang berpuasa sehari alasannya ialah mengharapkan wajah Allah yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. Siapa yang bersedekah dengan satu sedekah alasannya ialah mengharapkan wajah Allah yang ia mengiri hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga,” (HR. Ahmad 23324 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Nah, bila kita menemui gejala di atas, semoga orang yang meninggal tersebut benar-benar dalam keadaan khusnul khotimah, dan semoga kita tiruana nanti di tamat khayatnya dalam keadaan baik. Amin.
Advertisement